Bercerita tentang seorang ballerina yang masuk sekolah
balet. Katherin namanya.
Suatu hari, Katherin menari di atas panggung. Dia harus
berlatih untuk pertunjukkan penting malam harinya dimana Institusi Balet
Internasional akan hadir. Katherin yang terbawa suasana akibat dendangan musik
yang merdu, kehilangan kendali, dia menari dengan koreografi yang diciptakannya
secara spontan. Sang guru balet yang menginginkan segala hal sempurna sesuai
perintah dan aturannya, gusar. Dia memberi peringatan langsung kepada Katherin.
Katherin terkejut. Dia terjatuh. Sepatu balet kesayangannya rusak begitu saja.
Sang manager-Heila, membawanya ke ruang kostum. Meminta bagian kostum mencari
sepatu sesuai dengan ukuran kaki Katherin. Namun Heila tidak dapat menemukan
sepatu yang tepat. Akhirnya, desainer di tempat kostum, memberikan sepatu balet
yang indah. Sepatu balet berwarna pink. Katherin senang bukan main. Dia
langsung melepas sepatu lamanya yang rusak, lalu menggantinya dengan sepatu
baru berwarna pink yang berkerlap-kerlip gemilau.
Keajaiban terjadi seketika setelah Katherin mengenakan
sepatu pink-nya. Ruang kostum berubah menjadi pedesaan yang hijau dan damai.
Danau berwarna kuning keemasan terbentang begitu luas. Ada dua bangunan kuno
namun tetap asri. Heila terkejut melihat penampilan Katherin yang berubah
drastic. Katherin berubah menjadi Giselle. Giselle adalah seorang ballerina
dari sebuah desa yang dikutuk menari sepanjang umurnya oleh seorang ratu salju
yang kejam. Untuk menghilangkan rasa penasaran yang bersarang di diri
masing-masing, Katherin dan Heila melangkahkan kaki menuju suara musik yang
mengalun indah. Ternyata para warga desa tengah menari balet untuk menyambut
musim panen. Musik hendak berhenti. Di saat musik berhenti, Giselle seharusnya
keluar dari salah satu bangunan kuno yang berdiri di dekat danau. Barangkali
itulah rumah tinggal Giselle.
Musik berhenti. Namun Giselle belum juga keluar rumahnya.
Seorang pemuda tampan keturunan bangsawan menunggu Giselle keluar sesaat
setelah musik berhenti. Giselle belum juga keluar. Tiba-tiba seorang wanita
yang berambut putih keluar dari rumah Giselle. Seluruh warga dan sang pemuda
bangsawan merasa kecewa karena Giselle tidak keluar rumah. Wanita berambut
putih melihat-lihat sekeliling. Mencari sesuatu. Hingga akhirnya, mata wanita
tua tertuju pada satu arah. Pohon besar. Dibalik pohon besar itulah Katherin
dan Heila bersembunyi. Wanita tua memanggil Katherin dengan nama Giselle. Heila
segera membuyarkan kebingungan yang mendera Katherin. Betul sekali. katherin
berubah menjadi seorang wanita dalam dongen, Giselle. Dia mengenakan baju
Giselle, berdandan seperti Giselle, rambutnya pun seperti Giselle, dan yang
lebih penting, dia mengenakan sepatu pink milik Giselle. Heila langsung
menyuruh Katherin yang menjadi Giselle untuk keluar dan menari secepatnya di
depan seluruh warga. Katherin pun menari dengan indah. Seperti kebiasaannya,
dia menciptakan gerakan-gerakan spontan yang indah.
Tarian berhenti. Seorang pria pemburu datang menghampiri
Giselle yang dilamar oleh pemuda bangsawan. Mereka merebutkan Giselle.
Terjadilah baku hantam yang cukup ramai. Giselle menghindar. Dia pergi begitu
saja setelah Heila menarik tangannya. Tidak berapa lama, seorang ratu salju
mendatangi warga desa. Dia meminta pemuda bangsawan dan pemburu untuk membawa
Giselle ke hadapannya karena Giselle telah mengenakan sepatu berwarna pink.
Sebelum pergi, ratu salju mengubah wanita tua menjadi batu. Giselle belum pergi
begitu jauh. Dia bersembunyi dibalik pohon besar. Dia menyaksikan kekejaman
yang dilakukan oleh ratu salju. Akhirnya, Giselle dan Heila memutuskan untuk
melanjutkan perjalanan. Mencari pintu untuk kembali ke kehidupan normal mereka.
Di tengah perjalanan, Giselle dan Heila bersitegang. Heila
menginginkan Giselle melepas sepatunya. Tetapi Giselle menolak. Dia berlari
dengan cepat. Hingga terhenti di sebuah danau berwarna biru. Heila tercengang
setelah menemukan Giselle yang berubah. Baju yang dikenakannya semula berwarna
biru dan pink, kini berubah menjadi pink keungu-unguan lengkap dengan gemerlap
cahaya yang memukau. Danau berwarna biru berhasil menyihir Heila dan Giselle.
Mereka menikmati pemandangan yang indah, meski mereka sendiri tahu, bahwa danau
terbuat dari air mata orang tua yang anak perempuannya disihir menjadi angsa.
Tiba-tiba, datang seorang pangeran tampan. Dia meminta Giselle untuk menari
dengannya. Seperti terkena sihir yang luar biasa. Giselle dan pangeran menari
sepanjang malam. Terbuai dalam romantisme kilat. Diakhir kemesraan pangeran
tampan mengundang Giselle ke pesta dansa di kerajaannya. Penyihir jahat kaki
tangan ratu salju yang mengetahui kalau Giselle yang mengaku bernama Odette
juga diundang ke pesta dansa kerajaan, mengubah Odette dan Heila menjadi angsa.
Mereka kebingungan. Tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan. Salah satu cara
untuk mematahkan sihir adalah dengan menemukan cinta sejati. Odette yakin cinta
sejatinya adalah pangeran. Untuk itu, Odette harus datang ke pesta dansa.
Odette dan Heila mengepakkan sayap dengan cepat. Terbang
menuju istana. Ternyata benar. Penyihir mengubah anaknya, Odelia seperti Odette
untuk mengelabui pangeran. Jika pangeran sampai mengutarakan cintanya kepada
Odelia yang diubah menjadi Odette, maka Odette dan Heila akan berubah menjadi
angsa selamanya. Beruntunglah Odette dan Heila datang tepat pada waktunya.
Matahari terbenam. Odetta berubah menajadi manusia kembali. Kekaguman pangeran
terhadap tarian Odetta membuat pangeran mampu mengenali Odette yang asli.
Akhirnya dia mengutarakan keinginannya untuk menikahi Odetta. Sayang. Heila
diculik oleh ratu salju yang datang ke pesta dansa kerajaan. Giselle kalap. Dia
langsung berlari meninggalkan pangeran. Menuju tempat ratu salju untuk
menyelamatkan Heila.
Di perjalanan malam yang dingin, Giselle menangis. Gelapnya
malam memeluk Giselle dengan erat. Tiba-tiba terdengar suara kuda yang datang.
Rupanya pemuda bangsawan dan pemburu. Mereka memutuskan untuk menolong Giselle
menemukan Heila.
Singkat cerita, akhirnya Giselle dan dua pemuda desa sampai
di istana ratu salju. Semua begitu dingin. Orang-orang di sekitar istana sudah
diubah menjadi es batu. Mereka mematung. Giselle datang menghampiri ratu salju
yang duduk manis di singgasananya. Ratu salju memainkan jarinya. Seketika Heila
terlihat mengenakan gaun balet. Dengan perintah ratu, Heila menari hingga
kelelahan. Tibalah giliran Giselle. Ratu salju menyihir Giselle untuk menari
terus-menerus. Hebatnya, sihir ratu salju dapat dipatahkan. Giselle memang
ingin menari, tapi tidak untuk mengikuti tarian yang diinginkan ratu salju.
Giselle hanya perlu menari seperti yang dia inginkan. Gerakan tari balet yang
berhasil dia lakukan, membuat ratu salju kalah dan menghilang di dinginnya
istana. Giselle melepas sepatu balet pink-nya.
Katherin dan Heila merasa bahagia sudah berada di ruang
kostum. Tara – rekan balet Katherin, menghela napas lega karena berhasil
menemukan Katherin. Waktu pertunjukkan Katherin 15 menit lagi. Heila langsung
mengambil beberapa kain. Membuat gaun untuk Katherin.
Nama Katherin dipanggil ke atas panggung. Katherin berhasil
memukau para penonton dengan koreografi spontan yang serasi dengan musik. Meski
guru baletnya merasa geram akibat ulang Katherin, Katherin tidak peduli. Dia
terus saja menari hingga musik selesai. Siapa sangka. Ternyata orang-orang dari
Institusi Balet Internasional menyukai penampilan Katherin. Guru balet Katherin
pun meminta maaf ke pada Katherin. Hingga akhirnya, dia memutuskan untuk
membebaskan muridnya berkaya dengan ide masing-masing.
Sungguh film yang luar biasa. Ada beberapa poin positif yang
sebenernya pengen aku sampaikan ditulisan kali ini, terkait dengan film dan
dari mana asal film ini.
§ DVD film ini
diberikan oleh kakakku tersayang. Baru saja sampai di rumahnya, Aa memberikan
beberapa buah DVD yang Aa beli di kantor. Sungguh terharu. Aa masih saja ingat
kalau adiknya suka dengan film Barbie. Kakak yang sangat luar biasa.
§ Kita harus
membebaskan orang lain, siapapun itu, mengekspresikan ide-ide yang ada di
kepalanya. Karena bisa jadi ide tersebut akan menjadi sangat brilliant. Yang
perlu kita lakukan adalah mendukung dan mengawasi mereka.
§ Tidak selamanya
mengikuti aturan itu baik. Terkadang, kita perlu membebaskan otak kita untuk
bisa menciptakan kreativitas lain. Aturan memang baik, tapi aturan juga yang
akan membatasi kita dalam berkarya. Jadi, harus diingat, cari celah dari aturan
bukan untuk melanggarnya, tapi justru untuk berinovasi.
§ Dan yang terakhir,
kita yang hidup. Kita yang punya cerita. Kitalah yang mengubahnya. Ada Allah
swt di setiap langkah kita. Tapi aku juga selalu percaya bahwa Dia memberikan
wewenang sedikit saja bagi kita untuk mengubah akhir cerita kehidupan kita.
Jadi jangan buat akhir yang menyedihkan.